Fikroh.com - Bacharuddin Jusuf Habibie, yang lebih dikenal sebagai BJ Habibie, adalah sosok penting dalam sejarah Indonesia modern. Ia menjabat sebagai Presiden ketiga Indonesia dari Mei 1998 hingga Oktober 1999. Berikut ini adalah ringkasan tentang kehidupan, pencapaian, dan warisan BJ Habibie.
Nama dan Kelahiran
Bernama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie, ia lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Sebelum menjadi sosok yang berpengaruh bagi bangsa Indonesia, BJ Habibie menempuh pendidikan di SMAK Dago, Bandung, pada tahun 1954, kemudian melanjutkan ke Institut Teknologi Bandung (ITB).
Karena kecerdasan dan bakatnya, BJ Habibie berkesempatan untuk melanjutkan studi ke Jerman bersama teman-temannya. Berbeda dengan mereka yang mendapatkan beasiswa, BJ Habibie membiayai pendidikannya dengan bantuan dari ibunya, R.A Tuti Marini Puspowardojo. Di Jerman, ia belajar di bidang teknik penerbangan, mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang kelak akan membawanya pada pencapaian besar dalam dunia teknologi dan penerbangan.
Selama di Jerman, BJ Habibie bekerja keras dan aktif terlibat dalam berbagai proyek, sambil tetap fokus pada tujuannya untuk menciptakan pesawat komersial yang sesuai dengan visi Presiden Soekarno. Dedikasi dan usaha kerasnya membuahkan hasil ketika ia meraih gelar Diploma Ing dengan predikat sempurna, membuka jalan untuk kariernya yang gemilang di bidang teknik dan industri penerbangan.
Masa Kecil BJ Habibie
BJ Habibie menghabiskan masa kecilnya di Pare-pare, Sulawesi Selatan, bersama orang tua dan tujuh saudaranya. Ayahnya, Alwi Abdul Jalil Habibie, adalah seorang ahli pertanian dari Gorontalo, sementara ibunya, R.A Tuti Marini Puspowardojo, adalah spesialis mata dari Yogyakarta.
Sebagai anak keempat dari delapan bersaudara, BJ Habibie tumbuh dalam lingkungan keluarga yang religius. Sejak kecil, ia akrab dengan bacaan Al-Quran yang dibaca ayahnya, yang memberinya ketenangan. Pada usia tiga tahun, ia sudah lancar membaca Al-Quran, dan dikenal sebagai anak yang cerdas.
Namun, pada usia 14 tahun, BJ Habibie kehilangan ayahnya. Kepergian sang ayah membuat ibunya harus berjuang sendiri untuk membesarkan kedelapan anaknya. Setelah itu, keluarga BJ Habibie pindah ke Bandung untuk memulai kehidupan baru.
Masa Awal dan Pendidikan
BJ Habibie lahir pada 25 Juni 1936 di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, dari keluarga keturunan Gorontalo dan Makassar. Ayahnya, Alwi Abdul Jalil Habibie, adalah seorang guru dan pemimpin komunitas.
Pendidikan awalnya dimulai di Sekolah Negeri Tingkat Pertama di Pare-Pare, sebelum melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di Bandung. Setelah lulus, ia menerima beasiswa dari pemerintah Indonesia untuk belajar di luar negeri.
BJ Habibie menempuh pendidikan di SMAK Dago Bandung sebelum melanjutkan kuliah di ITB, yang saat itu bernama Universitas Indonesia Bandung, selama satu tahun. Saat menjadi mahasiswa, beliau termasuk dalam kelompok kedua yang diberangkatkan ke Jerman pada 1955 tanpa beasiswa, di tengah kebijakan Presiden Soekarno yang mendanai pendidikan anak bangsa di luar negeri.
Di Jerman, BJ Habibie belajar di Jurusan Teknik Penerbangan spesialis Konstruksi Pesawat Terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule, yang dibiayai oleh ibunya. Selama kuliah, ia juga bekerja secara praktik. Motivasi utamanya adalah untuk membangun pesawat komersial sesuai dengan visi Presiden Soekarno. Pada 1960, ia berhasil menyelesaikan studinya dengan gelar Diploma Ing dengan predikat sempurna.
Setelah itu, BJ Habibie bekerja di Firma Talbot, industri kereta api di Jerman, di mana ia terlibat dalam pembuatan konstruksi alat untuk wagon dengan menggunakan desain sayap pesawat. Ia kemudian melanjutkan pendidikan untuk meraih gelar doktor di Technische Hochschule Die Fakultat de Fuer Maschinenwesen Aachen, Jerman, dan menikahi Hasri Ainu pada 1962.
Kehidupan mereka sederhana; BJ Habibie bekerja hingga larut malam dan menghemat pengeluaran, sementara sang istri mencuci baju di tempat umum. Usaha keras BJ Habibie membuahkan hasil ketika ia meraih gelar Doktor dengan predikat Sangat Sempurna, dengan nilai rata-rata 10, yang memperkuat reputasinya sebagai sosok yang sangat jenius.
Pendidikan dan Karier di Luar Negeri
Habibie melanjutkan pendidikan di Technische Hochschule Aachen, Jerman, di mana ia meraih gelar sarjana teknik mesin pada 1960. Ia kemudian menyelesaikan studi doktoralnya di Technische Universität München pada 1965, dengan fokus pada teknik penerbangan.
Selama di Jerman, ia mengembangkan minat dalam teknologi penerbangan dan memulai karier profesional di perusahaan pesawat terbang terkemuka, Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB).
Kembali ke Indonesia dan Pembangunan Industri Penerbangan
Pada 1974, BJ Habibie diundang oleh Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia dan bergabung dengan pemerintahan. Di sini, ia mendirikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta terlibat dalam proyek pesawat terbang, seperti N-250 Gatotkaca.
Perjalanan Politik dan Jabatan Presiden
Habibie memasuki dunia politik sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi pada 1978. Setelah pengunduran diri Presiden Soeharto pada 1998 di tengah krisis politik, Habibie terpilih sebagai presiden baru.
Masa pemerintahannya diwarnai dengan berbagai tantangan, termasuk tuntutan reformasi dan krisis ekonomi Asia. Meskipun singkat, ia melakukan banyak reformasi dan memberikan ruang lebih bagi kebebasan berpendapat.
Akhir Hidup dan Warisan
BJ Habibie mengundurkan diri pada Oktober 1999, setelah adanya ketegangan terkait Timor Timur dan meningkatnya tuntutan reformasi. Meskipun pemerintahan ini memiliki keberhasilan dan kegagalan, ia dihormati sebagai tokoh yang memulai langkah menuju demokrasi di Indonesia.
Setelah pensiun, Habibie aktif dalam kegiatan sosial dan pendidikan, mendirikan Yayasan Habibie dan Ainun untuk mendukung pendidikan dan pengembangan teknologi. Ia meninggal dunia pada 11 September 2019 di Jakarta, meninggalkan warisan yang berpengaruh dalam pembangunan industri dan perekonomian Indonesia.
BJ Habibie dikenang sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah modern Indonesia, dengan visi dan kontribusinya yang terus menginspirasi generasi mendatang untuk berkontribusi pada pembangunan bangsa.
Tags:
Biografi Muslim